Rabu, 03 September 2025

Belajar dari TikTok? Saat Hiburan Jadi Ruang Kelas Baru

Belajar dari TikTok? Saat Hiburan Jadi Ruang Kelas Baru

Sumber : gemini

Siapa yang tak kenal TikTok? Aplikasi berbasis video pendek ini awalnya hanya dianggap sebagai tempat berjoget, lipsync, atau hiburan ringan.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, TikTok telah berubah menjadi ruang yang jauh lebih kompleks. Ia bukan hanya panggung hiburan, melainkan juga arena diskusi, edukasi, bahkan ruang kelas alternatif.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah benar kita bisa belajar dari TikTok?

Perubahan cara generasi muda mengonsumsi informasi menandakan adanya pergeseran paradigma dalam pendidikan.

Jika dulu pengetahuan diperoleh lewat buku, kelas formal, atau media massa konvensional, kini TikTok hadir menawarkan format baru, belajar lewat hiburan singkat. Fenomena ini, tentu saja, membawa peluang sekaligus tantangan.

 

TikTok dan Ledakan Konten Edukatif

Menurut laporan DataReportal 2024, TikTok memiliki lebih dari 1,5 miliar pengguna aktif bulanan di seluruh dunia, dengan dominasi pengguna berusia 16–34 tahun.

Di Indonesia, aplikasi ini menempati posisi tiga besar platform media sosial paling populer. Angka ini memperlihatkan betapa masifnya jangkauan TikTok sebagai medium komunikasi.

Di tengah gelombang hiburan, muncul tren #EduTok atau #LearnOnTikTok, yang menampung jutaan video edukatif, dari tips belajar bahasa asing, trik matematika, sejarah, sains populer, hingga literasi keuangan.

Konten berdurasi 15–60 detik itu dirancang ringkas, mudah dicerna, dan dikemas dengan gaya visual yang menarik.

Fenomena ini menjadi bukti bahwa TikTok telah bertransformasi: bukan lagi sekadar ruang hiburan, melainkan juga “ruang kelas baru” yang tak terbatas oleh dinding sekolah.

 

Keunggulan Belajar dari TikTok

Ada beberapa faktor yang membuat TikTok efektif sebagai medium belajar alternatif:

  1. Durasi Singkat, Informasi Padat
    Dengan format video pendek, konten edukasi dipaksa untuk ringkas dan langsung ke poin. Ini cocok untuk generasi yang terbiasa dengan informasi cepat.
  2. Visual dan Kreatif
    Video edukasi di TikTok memanfaatkan musik, animasi, dan efek visual untuk menarik perhatian. Metode ini lebih mudah diingat dibandingkan teks panjang.
  3. Akses Gratis dan Demokratis
    Berbeda dengan kursus berbayar, TikTok memungkinkan siapa pun untuk mengakses informasi tanpa biaya. Bahkan, siapa pun bisa menjadi “guru” dengan membagikan pengetahuan.
  4. Komunitas Interaktif
    Fitur komentar, duet, dan stitch memungkinkan diskusi serta kolaborasi. Penonton bukan hanya konsumen, tetapi juga bisa menjadi bagian dari percakapan.

 

Risiko dan Tantangan

Meski penuh peluang, penggunaan TikTok sebagai ruang belajar bukan tanpa risiko

  1. Superfisialitas Pengetahuan
    Informasi 1 menit cenderung dangkal. Konten edukasi di TikTok sering hanya berupa pengantar, bukan penjelasan mendalam.
  2. Validitas Informasi
    Siapa pun bisa membuat konten. Artinya, potensi hoaks atau misinformasi dalam bentuk “fakta edukatif” sangat besar.
  3. Distraksi Hiburan
    Niat awal menonton konten belajar bisa dengan cepat teralihkan ke hiburan lain di feed. Ini membuat belajar di TikTok rawan tidak fokus.
  4. Ketimpangan Akses
    Tidak semua orang memiliki akses internet stabil. Akibatnya, kelompok tertentu tetap tertinggal meskipun TikTok menyediakan ruang belajar.

 

Respon Dunia Pendidikan

Belajar dari TikTok telah menarik perhatian institusi pendidikan dan pemerintah. Beberapa sekolah dan universitas kini memanfaatkan TikTok sebagai media promosi atau sarana belajar kreatif.

Guru muda membuat konten tips belajar, kampus membagikan wawasan penelitian, bahkan kementerian ikut memanfaatkan platform ini untuk edukasi publik.

Namun, di sisi lain, masih ada resistensi. Banyak pendidik khawatir bahwa kehadiran TikTok justru menurunkan kedalaman proses belajar.

Mereka khawatir siswa hanya mengejar hiburan tanpa benar-benar memahami konsep yang kompleks.

 Baca Juga : Kalau Bosmu Bukan Manusia, Apa Kamu Siap?

Belajar Lewat Hiburan

Fenomena TikTok sebagai ruang belajar tidak berdiri sendiri. Di banyak negara, media sosial lain seperti YouTube, Instagram, dan podcast juga dipakai sebagai sarana edukasi non-formal.

Namun, TikTok punya keunggulan karena durasi singkat dan algoritme yang membuat konten mudah viral.

Tren ini menegaskan bahwa masa depan pendidikan tidak hanya ada di ruang kelas fisik, melainkan juga dalam ruang digital yang cair, kreatif, dan mudah diakses.

Belajar dari TikTok? Saat Hiburan Jadi Ruang Kelas Baru

Kolaborasi, Bukan Pengganti

Apakah TikTok bisa menggantikan sekolah? Jawabannya kemungkinan besar, tidak. TikTok hanyalah pelengkap, bukan pengganti.

Pendidikan formal tetap diperlukan untuk memastikan kedalaman, struktur, dan validitas ilmu pengetahuan.

Namun, mengabaikan TikTok sama saja dengan menutup mata pada kenyataan bahwa generasi muda sudah berada di sana.

Solusi terbaik adalah kolaborasi, mengintegrasikan konten edukatif digital dengan sistem pendidikan formal, agar siswa bisa belajar dengan cara yang relevan dengan zamannya.

 

TikTok telah membuka babak baru dalam cara manusia belajar. Hiburan kini tak hanya untuk tertawa atau bersantai, tetapi juga bisa menjadi pintu masuk menuju pengetahuan.

Tentu, risiko misinformasi, distraksi, dan superfisialitas tetap ada. Namun, jika dikelola dengan bijak, TikTok bisa menjadi ruang kelas baru yang inklusif dan menyenangkan.

Pada akhirnya, belajar dari TikTok adalah cermin perubahan zaman, pengetahuan tidak lagi hanya milik ruang kelas, tetapi bisa hadir di genggaman, kapan saja, di mana saja.

Tantangan bagi kita sekarang adalah bagaimana memastikan bahwa di balik hiburan singkat itu, ada nilai pendidikan yang tetap terjaga.

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *